Ruang Inspirasi

Sudahkah Bahagia?

9 comments
Coba baca secara perlahan patahan kata Ba-Ha-Gi-A. 

Ba-nyakin bersyukur
Ha-rus lebih banyak bersyukur
Gi-manapun kondisinya tetap bersykur
A-papun yang sedang menimpa diri tetap bersyukur.

Sekarang, tanyakan pada diri sendiri, aku sudah bahagia belum ya? Sudahkah menemukan hakikat dari bahagia itu sendiri? 

Banyak yang mendefinisikan bahwa, bahagia adalah memiliki segala sesutau yang diinginkan. Apakah benar demikian? Jika benar, berarti banyak sekali manusia di muka bumi ini yang tidak merasakan kebahagiaan. 

Seperti yang kita ketahui, di Indonesia misalnya. Jika definisi bahagia memiliki segala yang diinginkan, berarti benar Indpnesia ini masih termasuk negara yang miskin. Karena hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakukan hal demikian.

Fakta dilapangan, sangat banyak sekali komunitas-komunitas sosial yang sebenarnya mereka belum memiliki semua yang ingin dimilikinya tapi mereka mau membantu sesama dengan menyisihkan beberapa keping receh. Bisa jadi itulah kebahagiaan yang mereka temui di lapangan. Sesederhana itu menemukan bahagia bagi mereka.

Bandingkan, mana yang lebih bahagia. Orang yang memakan rendang tapi giginya sakit atau orang yang memakan telur dadar dengan nikmat. Orang yang memiliki rumah gedong tapi terkena kanker stadium IV atau orang yang rumahnya masih ngontrak tapi sehat. 

Dari contoh di atas, pastilah kalian ingin membuat perbandingan lain. Makan rendang, gigi tidak sakit. Punya rumah gedong dan tidak mengidap penyakit apapun. 

Well, pada akhirnya kebahagiaan adalah masalah faktor yang substantif yaitu kesehatan itu yang pernah aku dengar dari Buya Syakur. Apakah akan muncul rasa bahagia jika dalam kondisi gigi sakit kemudian makan rendang. Bukankah ketika sakit konsentrasi kita buyar, bukan nikmat rendang yang dirasa melainkan rasa sakit gigi yang senut senut. Berbeda dengan ketika makan telur dadar dalam kondisi sehat. Konsentrasi kita tentu saja ada terhadap telur dadar yang ada didepan mata. Melihat yang ada dalam genggaman sebuah telur dadar, masuk ke dalam mulut dan diteruskan ke lambung ya tetap telur dadar. Sehingga nikmatlah rasa telur dadar itu. Jadi bahagia adalah apa yang ada didalam genggaman, dan konsentrasi menikmati yang kita miliki saat ini. 

Memang manusia itu aneh, selalu menginginkan apa yang orang lain miliki tapi lupa terhadap apa yang dimiliki dalam diri. Lagi-lagi harus berdalih rumput tetangga lebih hijau. 

Manusia terlalu memanjakan mata, seperti ketika melihat orang lain sedang memakan es krim rasa strawbery timbul rasa ingin memakannya, padahal ditangan sendiri sedang menggenggam stick es krim rasa strawbery juga. Hanya saja bentuk dari es krimnya berbeda. 

Seringkali kita selalu lupa terhadap diri yang sudah sangat banyak diberikan nikmat oleh Tuhan. Lagi-lagi kita melihat ke atas dalam hal duniawi. Menjadikan diri haus dan selalu merasa kurang. Selalu memberi makan nafsu tapi tidak pernah memberi makan ilmu dan ruh.

Pada akhirnya, bahagia itu sangat sederhana. Sesederhana kita bisa mensyukuri apa yang dimiliki. Bukan apa yang orang lain miliki. Kunci dari sebuah kebahagiaan adalah jiwa yang senantiasa lapang menerima segala ketetapan Tuhan. Pikiran yang senantiasa konsen terhadap diri dan senantiasa sadar atas nikmat yang tidak pernah ternilai dengan materi. 

Sekarang, tanyakan kembali pada diri pertanyaan di atas. Sudahkah kita mendapatkan jawaban untuk bahagia? 

Selamat berbahagia untuk kita semua. Selamat menjadi manusia yang senantiasa bersyukur untuk saat ini, esok dan selamanya. 
Maftuha
Seorang istri dari laki-laki bernama Muhidin Sidiq yang saat ini aktif dalam dunia tulis menulis. Menerima job content writer lepas, sudah menerbitkan buku berjudul "Dia yang Pergi" dan "This is My Way" juga belasan antologi lainnya. Penyuka buku motivasi juga psikologi yang hobi nongkrong di tempat makan untuk merefreshkan pikiran.

Related Posts

9 comments

  1. Alhamdulillah aku bahagia. Eaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah... Akupun jadi ikut bahagia eaaa

      Delete
  2. Saya pun suka dengan Buya Syakur. Bahagianya ada yang samaan 😊

    ReplyDelete
  3. Bahagia tak melulu harus memiliki materi duniawi.

    Sekedar makan bersama, walau seadanya pun sudah menjadi nikmat tersendiri.

    Makanya tuhan juga sudah menyindir.. nikmat mana yang kamu (dan banyak orang) dustakan ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahagia itu sederhana, jangan dibuat rumit :)

      Delete

Post a Comment